BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi-Definisi Kurikulum
Istilah kurikulum awal mulanya digunakan dalam dunia olah raga pada
zaman Yunani kuno. Curriculum dalam bahasa Yunani berasal dari kata Curir,
artinya pelajari; Curere artinya tempat berpacu. Curriculum diartikan “jarak”
yang harus “ditempuh” oleh pelari. Mengambil makna yang terkandung dari rumusan
di atas, kurikulum dapat diartikan, sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh/diselesaikan anak didik untuk memperoleh ijazah.[1]
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia “Kurikulum” memiliki arti
perangkat mata pelajaran yang diajarkan Pada lembaga pendidikan. Pada hakikatnya kurikulum sama artinya dengan
“rencana pelajaran”. Pengertian kurikulum banyak mengalami perkembangan, berkat
pemikiran yang banyak oleh tokoh-tokoh pendidikan mengenai kurikulum.
Perkembangan zaman juga menuntut kurikulum baru dan sering juga pengertian baru
mengenai makna kurikulum itu sendiri.
Di
bawah ini merupakan beberapa definisi-definisi kurikulum[2]
menurut beberapa ahli kurikulum :
Ø J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam buku Curriculum Planning
for Better Teaching and Learning (1956). “The curriculum is the sum total
of school’s efforts to influence learning, whether in the classroom, on the
playground, or out of school.” Jadi usaha anak untuk mempengaruhi anak belajar,
apakah itu di dalam ruangan kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah
termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi juga apa yang disebut kegiatan ekstra
kurikuler.
Ø B. Othanel
Smith, W.O. Stanly, dan J. Harlan Shores memanadang kurikulum sebagai “a
squence of potential experiences set up in the school for the purpose of
disciplining children and youth in group ways of thinking and acting”.
Kurikulum sebagai pengalaman potensial yang diberikan sekolah untuk anak-anak dan
pemuda agar mereka bisa berfikir dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan
norma-norma di masyarakat.
Ø J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller dalam buku Secondary School
Improvement (1946) juga mengemukakan kurikulum dalam arti luas. Menurut
mereka dalam kurikulum juga termasuk metode mengajar dan belajar, cara
mengevaluasi murid dan seluruh program, perubahan tenaga mengajar, bimbingan
dan penyuluhan, supervisi dan administrasi dan hal-hal structural mengenai
waktu, jumlah ruangan serta kemungkinan memilih mata pelajaran. Ketiga aspek
pokok program, manusia dan fasilitas sangat erat hubungannya, sehingga tak
mungkin diadakan perbaikan kalau tidak diperhatikan ketiga-tiganya.
Ø Hilda Taba mengemukakan, bahwa pada hakikatnya tiap kurikulum
merupakan suatu cara untuk mempersiapkan anak agar berpartisipasi sebagai
anggota yang produktif dalam masyarakatnya. Tiap kurikulum bagaimana polanya,
selalu mempunyai komponen-komponen tertentu, yakni pernyataan tentang tujuan
dan sarana, seleksi dan organisasi bahan isi pelajaran, bentuk dan kegiatan
belajar dan mengajar, dan akhirnya evaluasi hasil belajar. Perbedaan kurikulum
terletak pada penekanan unsur-unsur tertentu. Perbedaan kurikulum dengan
pengajaran bukan terletak pada implemetasinya tetapi pada keluasan cakupannya.
Ø Menurut George A. Beaucham (1976 hal
58-59), kurikulum sebagai bidang studi membentuk suatu teori yaitu teori
kurikulum. Selain sebagai bidang studi kurikulum juga sebagai rencana
pengajaran dan sebagai suatu sistem (sistem kurikulum) yang merupakan bagian
dari sistem persekolahan.[3]
Ø UU. No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 19, kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan tambahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.[4]
Dari definisi-difinisi di atas dapat kita ambil garis besarnya,
bahwa kurikulum merupakan suatu patokan rencana-rencana dalam hal
penyelenggaran pembelajaran yang memiliki tujuan dan cita-cita tertentu yang
berlandaskan pada pengalaman-pengalaman pembelajaran sebelumnya, yang bersifat
flexible (dapat mengalami-mengalami perbaikan) dan didesain oleh sekolah agar
murid-murid itu memiliki andil secara langsung di masyarakat.
Kurikulum mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam lembaga
pendidikan. Salah satu penentu keberhasilan pendidikan terdapat pada kurikulum.
dan bagus tidaknya kurikulum tergantung kepada perumus kurikulum sendiri.
Kurikulum diharapkan dapat menjadi sarana terciptanya cita-cita/ tujuan
pendidikan nasional, "berkembangnya potensi peseta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab" (Pasal 3 dan penjelasan atas UU RI No.
20 tahun 2003).
B.
Komponen Kurikulum
Jika kurikulum
diurai secara struktural, maka akan terdapat empat komponen utama yaitu,
tujuan, isi, strategi pelaksanaan dan komponen evaluasi.[5]
Keempat komponen tersebut saling berkaitan satu sama lain yan kemudian akan
menjadi satu kesatuan utuh sebagai program pendidikan.
1.
Tujuan
kurikulum
Secara umum tujuan
kurikulum adalah membentuk manusia manusia Indonesia yang bisa mandiri dalam
konteks kehidupan pribadinya, kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
serta berkehidupan sebagai makhluk yang berketuhanan Yang Maha Esa (beragama).
2.
Isi
kurikulum
Isi kurikulum berkenaan
dengan pengetahuan ilmiah dan pengalaman belajar yang harus dibeikan kepada
siswa untuk dapat mencapai tujuan pendidikan.
3.
Strategi
pelaksanaan kurikulum
Strategi pelaksanaan
kurikulum memberi petunjuk bagaimana kurikulum itu dilaksanakan. Ada beberapa
unsur dalam strategi pelaksanaan kurikulum, yaitu : tingkat dan jenjang
pendidikan, proses belajar mengajar, bimbingan penyuluhan, administrasi
supervisi, sarana kurikulum, dan evaluasi penilaian.
4.
Evaluasi
kurikulum
Dimaksudkan untuk menilai
suatu kurikulum sebagai program pendidikan untuk menentukan efisiensi,
efektivitas, relevansi, dan produktivitas program dalam mencapai suatu tujuan
pendidikan.
[1] Nana Sudjana, Pembinaan
dan Pengembangan Kurikulum di Indonesia, (Bandung : Sinar Baru Algensindo,
2008), 4
[2] Prof.Dr. S.
Nasution, M.A, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), 4
[3] Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2005), 6
[4] Mashur Muslich, Seri Standar Nasional Pendidikan KTSP (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan) Dasar Pemahaman dan Pengembangan,(Bandung: Bumi
Aksara,2008), 1
[5] Nana Sudjana, Pembinaan
dan Pengembangan Kurikulum di Indonesia, (Bandung : Sinar Baru Algensindo,
2008), 21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar